Minggu, 10 Februari 2019

Keindahan Filosofi Sepak Bola Di Atas Lumpur Dan Genangan Air (Catatan Kecil Liga RITMA 8-9/2/2019)


Khabaruna - Siapa bilang keindahan permainan hanya akan tersaji diatas lapangan megah dengan tribun bertumpuk dan fasilitas fantastis bagi para suporter, dan mungkin wajar saja bila Pep Guardiola menepuk dadanya berbangga diri atas kecerdasannya meracik strategi permainan dan Jose Mourinho mengoarkan serapahnya kepada tim lawan seraya menyombongkan diri karena limpahan gelarnya. Tapi dibalik itu semua, sebenarnya selalu mengakar sebuah pertanyaan kecil ”Bisakah kita berbuat demikian dengan fasilitas yang terbatas?”


Lapangan Alpend (Al-Amien Prenduan), seolah memiliki sihir untuk mengikat kagum para penikmat bola yang hadir, tiada bosan menyajikan kejutan ditiap pertandingan yang bergulir. Riuh sorakan yang menggema, drama antar pemain, dan keputusan kontroversial oleh wasit, semua seolah cukup memantik rasa rindu mengenangnya dan menciptakan berjuta cerita tentangnya. Memang tidak ada tribun yang bertingkat didalamnya dan rumput-rumput liar yang masih mendominasi indahnya lapangan, namun semangat dan motivasi pribadi seolah ampuh membuat semua mata berfatamorgana, membuat mereka merasakan atmosfer serupa stadion-stadion megah diluar sana.

Para pemain bertempur mempertaruhkan harga diri tanah kelahiran mereka dan tak lagi peduli tentang komponen inti lapangan, entah lumpur, kerikil, tanah bergelombang, atau genangan air. Di balik itu semua sihir lapangan rupanya juga telah merasuki jiwa para pemain, mereka bermain bak kesetanan, para suporter rela berdesakan demi mendukung timnya berlaga. Jangan bicarakan strategi, tentu akan timpang jika dicerminkan kepada tim-tim digdaya di Eropa, masing-masing tim bermain dengan filosofi keindahannya, tiap pelatih mengusung strategi sempurna untuk memenangkan pertandingannya, para pemain memiliki caranya tersendiri untuk tampil memukau dihadapan pendukungnya.

Tidak ada iming-iming gaji yang menggiurkan dan tidak ada jaminan kesehatan yang menjanjikan, niat mereka seolah mengalir bersamaan dengan keringat harga diri mereka. Ketulusan menjadi jimat pamicu kobaran semangat para supporter. Meski emosi saling terlontar melalui kata-kata namun sekali lagi tiap-tiap mereka mengerti bahwa filosofi keindahan dalam sepak bola bukanlah betapa kaya atau digdayanya tim mereka, melainkan nilai sportifitas dan kekompakan timlah yang menjadi nilai jual meski berjibaku diatas lumpur dan genangan air.

Oleh: Oleh: M. Ali Akbar Nafis
Santri Kelas 6 Asal Pamekasan
Edited by Khabaruna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar