Khabaruna - Di media sosial, tak semuanya orisinil. Akun pun bisa dipalsukan. Caranya adalah dengan membuat akun robot atau lebih sering disebut akun bot.
Untuk menanggulangi hal tersebut, berbagai penyedia layanan ketiga terus berupaya menghilangkan akun bot.
Salah satunya tim di kampus Indiana University dan Northeastern University di Amerika Serikat (AS), yang mengembangkan sistem bernama Botmeter.
Hal itu terkait akun bot yang masih menjadi isu di media sosial, terutama di Twitter, yang umumnya menyebarkan cerita tertentu, bahkan berkonten politik.
Botmeter mengenali lebih dari seribu faktir, mulai dari cuitan termasuk metadata bagaimana dan dari mana unggahan hingga komposisi pengikut.
"Kami menggunakan banyak sinyal untuk menghitung skor," kata Onur Varel, peneliti dari Northeastern University yang terlibat proyek itu seperti dikutip The Verge, Minggu (4/3/2018).
Berdasarkan teori yang digunakan sistem itu, bila angka Botmeter di bawah 40 persen, kemungkinan akunnya adalah akun sungguhan, bukan robot.
Varel tidak mengklaim sistem tersebut betul-betul akurat untuk membuat kesimpulan sebuah akun adalah bot karena sistem masih dikembangkan.
Tim peneliti secara aktif mengumpulkan data untuk dimasukan ke sistem bernama Bot Repository. Varel mengakui akun bot kini makin kompleks dan sulit dikenali jika dibandingkan dengan 2011, saat ia pertama kali mempelajari akun robot.
Sumber: Liputan6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar