Khabaruna - Beredar video seorang polisi memperagakan cara mendeteksi kandungan plastik dalam kerupuk. Ia membakar kerupuk tersebut hingga menyala dan meninggalkan kerak kehitaman.
Dari penelusuran detiknews, polisi dalam video berdurasi 1 menit tersebut teridentifikasi sebagai Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabid Dokkes) Polda Jabar Kombes Prio Kuncoro. Polisi dengan pangkat perwira tersebut menyebut video dibuat di Posko Limbangan.
Kadid Humas Polri Irjen Setyo Wasisto menyebut, sang perwira membuat video tersebut hanya untuk lucu-lucuan. "Dia sedang melaksanakan tugas saat operasi ramadniya. Untuk menghilangkan kejenuhan ya bikin lucu-lucu lah," katanya.
Beredarnya video tersebut mengingatkan kembali pesan berantai dengan informasi sejenis yang sering beredar di media sosial maupun jejaring instant messanger. Bahwa untuk mendeteksi kandungan plastik dalam kerupuk, bisa dibuktikan dengan cara dibakar. Benarkah demikian?
Plastik merupakan bahan yang terbuat dari polimer organik. Mencampurnya dengan minyak untuk menggoreng kerupuk, nyaris mustahil dilakukan karena bahan tersebut memiliki titik lebur yang sangat tinggi. Sebelum mencapai suhu yang memungkinkan plastik untuk leleh apalagi melebur, minyak goreng biasa akan lebih dulu rusak dan menguap.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam sebuah wawancara dengan detikHealth pernah menegaskan bahwa kandungan plastik dalam kerupuk tidak bisa dicek hanya dengan cara dibakar. Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Olahan BPOM saat itu, Ratmono mengibaratkan kerupuk seperti uceng atau sumbu lampu minyak yang pasti menyala kalau dibakar.
"Kerupuk itu kandungannya 75 persen tapioka, sifatnya kalau dibakar akan menjadi karbon. Jadi pasti akan menjadi hitam kalau dibakar, itu bukan karena digoreng dengan minyak mengandung plastik," katanya, dikutip dari berita detikHealth.
BPOM dalam wawancara saat itu menyebut, hasil pengujian laboratoium belum pernah menemukan kandungan plastik dalam kerupuk. Justru, bahan berbahaya lain seperti boraks lebih sering ditemukan dalam makanan yang banyak digemari karena murah meriah tersebut.
Sumber; DetikHealth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar