Senin, 24 Juli 2017

2 dari 3 Jenis Haji dan Umrah ini tidak Diterima oleh Allah


Khabaruna - Betapa ramai jumlah  jamaah ibadah haji maupun umrah setiap tahun. Namun, apakah semua jamaah haji dan umrah tersebut ibadahnya diterima oleh Allah SWT?

Belum, tentu. Bahkan, kata Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Cholil  Nafis PhD, dua dari tiga  jenis jamaah haji dan umrah, tidak diterima ibadahnya. 

“Dari tiga jenis orang yang melakukan ibadah haji dan umrah, dua di antaranya ibadahnya tidak diterima. Hanya satu yang ibadahnya diterima oleh Allah SWT,” kata Cholil Nafis pada acara walimatus safar wartawan Republika Muhammad Nashih Nasrullah di Serua, Depok, Jawa Barat, Ahad (23/7).

Da’i nasional dan internasional tersebut menjelaskan, jenis haji atau umrah pertama yang tidak diterima oleh Allah adalah orang yang berhaji atau berumah untuk gaya-gayaan. “Mereka pergi haji atau umrah dengan niat gaya-gayaan, bangga-banggaan. Supaya bisa mengatakan kepada orang lain bahwa dirinya sudah sekian kali haji atau sekian kali umrah. Termasuk di dalamnya berselfi ria mengenai kegiatan ibadah haji dan umrahnya, lalu membagikannya kepada orang lain melalui jejaring sosial media. Mereka yang niat haji atau umrahnya seperti itu, ibadahnya tidak diterima oleh Allah SWT,” tegas Cholil.

Jenis kedua, kata Cholil, mereka yang melaksanakan ibadah haji atau umrah hanya semata-mata untuk bisnis, pekerjaan atau duniawi. Misalnya, jadi pebisnis travel  haji/umrah,   petugas haji/umrah, berdagang, menjual jasa pelayanan dam/ badal haji dan lain-lain, dengan niat hanya mencari keuntungan atau upah semata-mata. “Mereka yang berhaji atau berumrah dengan niat hanya mencari keuntungan atau upah, tidak akan mendapatkan pahala,” tutur Cholil.

Adapun yang ibadahnya diterima oleh Allah SWT adalah jenis ketiga, yakni mereka yang melakukan ibadah haji atau umrah dengan niat semata-mata karena Allah. “Hanya mereka yang berangkat ke Tanah Suci dengan niat berhaji atau berumrah semata-mata karena Allah SWT yang ibadahnya diterima atau mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT,”  papar Cholil.

Karena itu, Cholil menegaskan, sangat penting meluruskan niat untuk melakukan haji atau umrah sejak awal. “Sejak pertama kali Anda melakukan setoran haji atau umrah, luruskan niat ibadah hanya karena Allah SWT. Bukan karena hendak gaya-gayaan atau bangga-banggaan. Juga bukan karena hendak melakukan bisnis atau pekerjaan dengan niat mencari keuntungan atau upah,” ujar Cholil Nafis.

Sumber: Republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar