Jakarta - Di saat berbagai perusahaan meluncurkan satelit dengan ukuran besar, para mahasiswa Indonesia tengah menggarap satelit berukuran kecil atau satelit nano. Direncanakan satelit tersebut siap meluncur akhir tahun 2017.
Mahasiswa tersebut berasal dari Surya University. Yohanes Surya yang juga merupakan pendiri dan rektor perguruan tinggi itu menceritakan bahwa satelit nano tengah dibuat oleh sekelompok mahasiswa didikannya.
"Jadi sekarang prosesnya sedang dibuat. Kami buat ukuran kecil atau satelit nano. Nah, akhir tahun ini diluncurkan," ucap Yohanes ditemui beberapa waktu lalu.
"Satelit ini yang mengerjakan anak tahun pertama, tahun 2016, tentu dipimpin oleh angkatan 2013 yang mau lulus karena pengetahuannya lebih banyak. Tapi kan 2016 sudah ngikut, kami ini universitas berbasis riset jadi tahun pertama sudah riset karena jarang yang mendorong tahun pertama untuk riset tapi kami mau anak-anak ini lakukan riset," kata Yohanes.
Dalam menggarap satelit nano ini Surya University bekerjasama dengan PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN). Pada kesepakatan ini PSN hanya membantu dari solar cell-nya saja, sehingga beberapa komponen pembuatan satelit nano karya anak bangsa ini masih dicari. Investor pun dibutuhkan.
"Kalau seperti kamera tentu itu beli. Pertama pembuatan satelitnya butuh sembilan bulan. Sekarang kami cari dana dari sponsor, untuk awal pembuatan kami butuh hampir Rp 3 miliar, satelit berikutnya sudah lebih murah, kalau pertama pasti agak mahal," sebutnya.
Sementara itu untuk tempat peluncurannya, Yohanes mengaku belum tahun di mana akan dilakukannya. Produsen satelit asal China, yakni China Great Wall Industry Corporation (CGWIC) mengaku tertarik dengan satelit nano rancangan Surya University, namun belum ada kesepakatan di antara kedua belah pihak.
Yohanes menjelaskan satelit nano dibuat karena kebutuhan komunikasi, khususnya internet, di masa mendatang terus mengalami peningkatan. Menariknya, wahana yang dirancang oleh mahasiswa ini diklaim tidak kalah dengan satelit ukuran besar lainnya. Bahkan memiliki keunggulan tersendiri.
Yohanes memaparkan satelit nano ini memiliki kelebihan seperti beroperasi di ketinggian antara 700-1.000 kilometer di atas permukaan bumi. Padahal satelit pada umumnya di atas ketinggian 36 ribu kilometer.
"Harga satelit nano cukup murah, paling untuk satu unitnya sekitar Rp 1-2 miliar untuk investasinya, tapi itu sudah bisa cover dari Aceh sampai Papua," ujarnya.
"Kalau buat 100 satelit nano berarti cuma Rp 100 miliar, padahal kemarin itu BRI luncurkan satelit sampari Rp 2 Triliun tapi ini (satelit nano) bisa cover seluruhnya, terlebih teknologi internet semakin cepat. Mungkin sekarang masih Megabyte sebentar lagi Gigabyte, nanti ribuan Gigabyte," tambahnya.
Dengan kebutuhan semakin tinggi dan dapat disokong dengan keberadaan satelit nano, Yohanes yang juga ilmuwan Fisika ini membayangkan di masa mendatang perusahaan bisa memiliki masing-masing satu satelit nano.
"Masing-masing punya satelit sendiri. Harganya Rp 1 miliar tapi kalau produksi massal mungkin lebih murah lagi. Nanti ada jutaan satelit nano di langit. Itu masa depan bagus," tutur dia.
Sumber: Detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar