Sabtu, 06 Mei 2017

Hipertensi Paru? Kenali Gejalanya Sejak Dini



Khabaruna - Hipertensi paru (pulmonal) merupakan kondisi di mana terjadi peningkatan tekanan di pembuluh darah paru. Peningkatan tekanan ini bisa terjadi di arteri maupun vena paru.


Hipertensi paru terjadi karena arteri pulmonal yang membawa darah dari jantung ke paru-paru menyempit atau menebal. Akibatnya, jantung kanan harus bekerja lebih keras untuk memompa darah tersebut menuju paru-paru.

Pada penderita hipertensi paru, peningkatan tekanan paru rata-rata (PAPm) diketahui sebesar ≥ 25 mmHg pada saat istirahat. Sedangkan, PAPm normal pada saat istirahat ialah 14±3 mmHg dengan limit normal tertinggi 20 mmHg.

"Ukurnya dengan cara dicek ke dalam pembuluh darah (dengan kateter)," kata pakar hipertensi paru sekaligus dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Bambang Budi Siswanto, dalam diskusi kesehatan bersama Pfizer di Jakarta.

Berbeda dengan hipertensi biasa yang dapat didukur dengan tensimeter, hipertensi paru termasuk penyakit yang tidak mudah didiagnosa. Seringkali, gejala hipertensi paru dianggap sebagai penyakit ringan biasa oleh penderitanya. Oleh karena itu, tak jarang penderita hipertensi paru baru terdiagnosa ketika penyakit telah berkembang lebih buruk.

Bambang mengungkapkan, gejala-gejala hipertensi paru cenderung tidak khas karena mirip dengan gejala penyakit paru maupun penyakit jantung. Beberapa gejala di antaranya ialah sesak nafas terutama saat beraktivitas, mudah lelah dan nafsu makan menurun. Gejala lainnya ialah bengkak pada perut dan kaki, kebiruan pada bibir, dan ujung jari hingga pusing atau pingsan.

Di samping itu, Bambang mengungkapkan, beberapa faktor risiko dari hipertensi paru di mana salah satunya ialah penyakit jantung bawaan. Faktor risiko lainnya ialah adanya penggunaan zat terlarang, konsumsi obat penurun nafsu makan dan adanya riwayat penyakit paru.

Jika mencurigai adanya hipertensi paru, Bambang menyarankan agar masyarakat segera memeriksakan diri. Proses pengobatan hipertensi paru yang ditemukan dalam stadium dini cenderung lebih baik.

"Dalam stadium lanjut, pasien mungkin tetap akan mengalami sesak napas terus dan hipertensinya menetap tidak mau turun," kata Bambang.

Sumber: Republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar