Sabtu, 25 Februari 2017

Makkah Sebagai Pengganti GMT


Khabaruna - Delapan tahun lalu, di Doha, Qatar, berlangsung hajatan ilmiah penting bagi dunia Islam. Sejumlah ilmuwan dan ulama Islam berkumpul dan berdiskusi adanya kemungkinan peralihan perhitungan waktu yang sudah baku selama ini, dari mengacu pada GMT sebagai meridian nol, berganti menjadikan Makkah sebagai awal mula perhitungan waktu.

Konferensi ilmiah yang dibuka oleh Dr Yusuf al-Qaradhawi itu bertajuk Makkah Sebagai Pusat Bumi: Antara Praktik dan Teori. Selain Yusuf al-Qaradhawi, hadir pula sejumlah pembahas geolog dan saintis dari negara-negara Islam.

Hasil konferensi itu mengimbau umat Islam sedunia untuk menjadikan Makkah--Ka'bah yang berada di 21 derajat 25 menit lintang utara dan 39 derajat 50 menit bujur timur--sebagai titik awal perhitungan waktu. Alasannya sederhana, yakni Makkah, menurut kajian ilmiah, adalah 'pusat bumi'.

Kajian itu dilakukan oleh Prof Dr Hosien Kamal El Din Ibrahim, ilmuwan asal Mesir, yang dipublikasikan di The Egyptian Scholars of The Sun and Space Research Center. Pusat penelitian yang berpusat di Kairo, Mesir, itu membuat peta baru dunia. Dalam peta dunia itu, terlukis garis yang ditarik dari kota-kota di penjuru dunia ke arah Makkah. Dengan menggunakan perkiraan matematika dan kaidah spherical triangle (segitiga bola), Hosien menyimpulkan kedudukan Makkah berada di tengah-tengah daratan bumi.

Makkah, tempat Ka'bah berada, disimpulkan merupakan 'pusat bumi'. Ini sekaligus membuktikan bahwa bumi berkembang dari Makkah. Sebagaimana lazim diketahui bahwa setiap tahun jutaan umat Islam sedunia mendatangi Ka'bah di Makkah untuk melaksanakan haji. Dalam salah satu prosesi tawaf, jutaan umat Islam mengelilingi Ka'bah dengan arah berlawanan jarum jam. Arah itu bertentangan dengan lazimnya perputaran waktu sesuai perhitungan Greenwich.

Penelitian menggunakan program komputer oleh Hosien, sebelumnya, juga pernah dilakukan dengan perhitungan matematika sederhana oleh ilmuwan Islam, Abi Fadlallah Al-Emary, yang meninggal pada 749 H. Peta itu kemudian diabadikan di kitabnya yang berjudul Masalik Al Absar Fi Mamalik Al Amsar. Peta yang melukiskan arah kiblat Makkah juga dibuat oleh pemikir Islam, Al-Safaksy (meninggal pada 958 H), yang menggunakan perhitungan astronomi. Hasil kajian dua ilmuwan itu juga membuktikan bahwa Makkah adalah 'pusat bumi'.

Sumber: Republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar