Khabaruna - Lindsey Bordone, dermatolog di Columbia University Medical Center, New York, Amerika serikat mengatakan, ia mencuci semua pakaian baru, baik dibeli di toko atau lewat online.
Alasannya terkait potensi kuman dari orang lain yang menempel pada kain dan sesuatu yang ada di kain itu sendiri.
Pewarna dan bahan kimia yang digunakan dalam beberapa pakaian dapat menyebabkan iritasi bila Anda memiliki kulit sensitif.
"Ketika pakaian dikirimkan, beberapa pengawet diletakkan sehingga jamur tidak akan tumbuh selama proses pengiriman pakaian untuk berjaga-jaga jika ada kelembapan. Misalnya, formaldehida resin--yang terkadang digunakan dalam pakaian untuk mencegah jamur dan meningkatkan resistensi kerut---dapat menyebabkan ruam," kata Lindsey, dikutip di The Huffington Post, Selasa (14/2/2017).
Sebagian besar negara mengatur seberapa banyak formalin digunakan dalam pakaian. Studi pada tahun 2010 oleh U.S Government Accountability Office menemukan, beberapa kain yang dijual di AS mengandung formalin yang melebihi dari yang diizinkan.
Bila tubuh terkontak dengan formaldehida resin dapat menyebabkan dermatitis alergi dan kontak iritan jika pakaian tersebut tidak dicuci sebelum dipakai.
Pakaian baru yang dicuci bisa menyingkirkan tiap pewarna yang mungkin menyebabkan iritasi. Misal, pewarna biru di pakaian dapat mengiritasi kulit, tentunya bagi sebagian orang yang alergi.
Pakaian dapat menyebarkan virus, bakteri, atau infeksi dari satu orang ke orang lain, kata Will Kirby, dermatolog di Hermosa Beach, California, dinilai tidak mungkin. Risikonya sangat tipis.
"Jika pakaian baru menyentuh kulit orang lain dengan sangat singkat, kemungkinan virus berpindah sangatlah kecil. Anda lebih mungkin terkena infeksi dari menyentuh pegangan pintu saat berjalan ke toko lalu menyentuh pakaian," jelas Will.
Lindsey memperingatkan, kudis--tungau mikroskopis yang dapat menginfeksi kulit--bisa berpotensi diteruskan melalui pakaian. Namun, risiko tersebut terbilang rendah.
Sumber: Liputan6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar