Khabaruna - Orang-orang pada zaman dahulu, sekira abad ke-7 SM, mengira bahwa hujan terjadi dari percikan air laut yang tertiup angin ke darat, kemudian jadilah hujan.
Pada 1580, Bernard Palissy menyampaikan konsep tentang siklus air seperti yang dikenal dalam ilmu pengetahuan saat ini. Dijelaskan bahwa air dari laut menguap kemudian membentuk awan.
Awan tertiup angin ke daratan kemudian terjadilah hujan. Air yang turun dari hujan lalu membentuk danau, sungai, dan aliran air. Kemudian kembali lagi ke lautan dan begitu seterusnya.
Dalam Buku 'Al-Quran vs Sains Modern menurut Dr. Zakir Naik' karya Ramadhani, dkk, proses terjadinya hujan telah dijelaskan dalam Al-Quran. Beberapa ayat menjelaskan tentang siklus air.
"Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran," bunyi Surah Al-A’raf Ayat 57.
Zaman dahulu, belum diketahui mengenai air bawah tanah (sumber mata air). Dari manakah air tersebut datang? Mereka berpikir bahwa sumber air bawah tanah terjadi karena daya dorong angin terhadap air.
Percikan air tersebut jatuh ke daratan sebagai hujan dan air hujan ini meresap masuk ke dalam tanah. Kemudian, kembali ke laut. Kini, diketahui bahwa air bawah tanah berasal dari serapan air hujan.
Sumber: Okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar