Sabtu, 15 Oktober 2016

Timur Tengah Memanas, KBRI Qatar Siapkan Simulasi Darurat


Khabaruna - Arab Saudi dan kelompok pemberontak Houthi di Yaman semakin gencar mengadu rudal balistik. Qatar yang berbatasan dekat dengan Saudi lantas merasa ketar-ketir. Demikian halnya dirasakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Doha.

Mewaspadai situasi darurat tersebut, Dubes RI Marsekal Madya TNI Muhamad Basri Sidehabi mengungkapkan bahwa pihaknya sedang menyiapkan langkah antisipasi dan simulasi pada Jumat 15 Oktober waktu setempat. Di antaranya, bekerja sama dengan tim tanggap darurat dan satgas di Kota Messaid guna memantau perkembangan.

Sekiranya keadaan memburuk, tentu para WNI dapat segera diinfokan. Salah satu simulasi yang akan diterapkan berhubungan dengan proses evakuasi. Selain melindungi WNI, ada juga aset pemerintahan RI di Qatar yang perlu diamankan. Sidehabi menjelaskan, proses evakuasi akan belajar dari yang sudah pernah dilaksanakan oleh KBRI di Yaman dan Libya.

Walaupun prosesnya agak rumit saat itu yakni Arab Spring sudah telanjur pecah. “Evakuasi WNI di Yaman merupakan terbesar dalam sejarah Indonesia. Bagaimana jika itu terjadi di Qatar dengan jumlah WNI sekira 40 ribu,” papar pensiunan Pilot F-16 pertama Indonesia tersebut,  Sabtu (15/10/2016).

Koordinator Tanggap Darurat Komunitas Indonesia di Kota Messaid, Febi Ardiansyah, pun menyambut baik upaya antisipasi yang dicanangkan KBRI Doha. Menurutnya, sosialiasi dan simulasi penting diberikan agar WNI di Qatar mengerti garis komando.

“Sinergi ormas dengan KBRI berdampak positif guna meredakan ketegangan yang dialami para WNI dalam menyikapi kondisi keamanan di Timur Tengah akhir-akhir ini. Upaya antisipasi harus dilakukan agar masyarakat tahu apa yang perlu dilakukan jika sewaktu-waktu konflik itu (Yaman dan Saudi) meluas,” ucapnya.

Kuasa usaha ad-interim KBRI Doha, Boy Dharmawan, mengungkap langkah antisipasi lain yang dilakukan adalah berkoordinasi dan bekerja sama dengan perwakilan dari 51 ormas di Qatar dalam membuat rencana kontingen.

“KBRI Doha menggunakan dua skenario pendekatan yaitu skenario Alpha dan skenario Bravo. Kita pakai Alpha jika eskalasi konflik terjadi di negara tetangga, sedangkan Bravo jika terjadinya di Qatar,” terang Boy.

Guna memaksimalkan pelayanan masyarakat, KBRI Doha secara simultan membuka pelayanan Warung Kekonsuleran di kota Messaid, sekira 40 kilometer dari ibu kota Qatar, Doha. Pelayanan disesuaikan dengan kegiatan masyarakat dan diselenggarakan pada akhir pekan agar memudahkan bagi komunitas Indonesia yang tidak bisa hadir di KBRI pada hari kerja.

Pelaksana Fungsi Protokol dan Konsuler, Zaenur Rofid, mengatakan kegiatan itu merupakan bentuk jemput bola dalam pelayanan masyarakat. Kegiatan meliputi pengurusan paspor, legalisasi dokumen, konsultasi kekonsuleran dan ketenagakerjaan serta mendata jumlah WNI di Messaid.

Segala persiapan darurat tersebut di atas mengingat jumlah WNI di Qatar mencapai lebih dari 43 ribu orang. Persebarannya terutama di Al Khor, Dukhan, Umm Said, Al Shamal, Doha, dan daerah di sekitarnya.

Sumber: Okezone

Tidak ada komentar:

Posting Komentar