Senin, 03 Oktober 2016

Inilah 3 Perempuan Yang Bongkar Kedok Dimas Kanjeng


Khabaruna - Laila, Bibi Masemjan, dan Erwin Hariyati, mengungkapkan sisi lain Dimas Kanjeng. Ketiganya menceritakan mulai dari impian, kesaktian, hingga aksi Dimas Kanjeng yang menjadi otak pembunuhan Ismail Hidayah dan Abdul Ghani.


Laila merupakan istri kedua Dimas Kanjeng. Dia mengungkapkan suaminya selalu mengajarkan ilmu agama dan bercita-cita mendirikan rumah sakit untuk kaum duafa.

Sementara itu, cerita nan pilu diutarakan Bibi Rasemjan alias Neng. Perempuan beranak dua ini harus kehilangan suaminya, Ismail Hidayah, untuk selama-lamanya. Ismail diduga dibunuh Dimas Kanjeng dan pengikutnya karena akan melaporkan aksi penipuan Dimas Kanjeng ke Mabes Polri.

Perasaan yang sama juga dialami Erwin Hariyati (23). Dia shock suaminya dihabisi dengan keji oleh Dimas Kanjeng. Hariyati menceritakan Abdul Ghani sadar dan ingin lepas dari cengkeraman Dimas Kanjeng. Abdul Ghani dibunuh karena membongkar borok Dimas Kanjeng dan melaporkannya ke Mabes Polri.

Ini pengakuan 3 perempuan itu:

1. Laila

Laila telah menikah 5 tahun dengan Dimas Kanjeng. Dia enggan difoto atau diambil gambarnya. Dia juga enggan bercerita banyak soal Dimas Kanjeng.

"Sudah 5 tahun (menikah). Kenalnya di padepokan. Dia mengajarkan hal baik, mengajarkan ilmu agama. Misalnya, jangan tinggalkan salat," kata perempuan satu anak ini yang ditemui di kediamannya, Desa Kebonagung dan Desa Kebonagung Krajan, Kecamatan Kraksaan, Probolinggo, Kamis, 29 September 2016.

Laila yang mengaku bukan santri Dimas Kanjeng ini menambahkan, suaminya bercita-cita mendirikan rumah sakit untuk orang miskin. Namun keinginan itu belum terwujud hingga saat ini.

Apakah Laila tahu Dimas Kanjeng bisa mendatangkan uang? "Tahu. Tapi tidak pernah menanyakan caranya," jelasnya.

Sebaliknya soal kasus yang disangkakan ke Dimas Kanjeng, Laila mengaku tidak tahu-menahu. Laila berharap Dimas Kanjeng terbebas dari masalah. "Semoga bisa berkumpul kembali dengan keluarga," tutupnya.

2. Bibi Rasemjan

Air mata Bibi Rasemjan (Neng) berlinang saat mengenang suaminya, Ismail Hidayah (43), yang tewas dibunuh Dimas Kanjeng. Perempuan dua anak ini mengungkapkan kegiatan Ismail di padepokan Dimans Kanjeng hingga dihabisi karena tidak patuh lagi kepada Dimas Kanjeng.

Ismail pernah menjadi koordinator yang membawahi ribuan santri hingga ke beberapa daerah di luar pulau Jawa. Pengikutnya sekitar 3.600 orang. Karena banyaknya jumlah pengikut, uang mahar yang dikoordinir Ismail Hidayah disebut-sebut mencapai angka Rp 40 miliar. Dari uang mahar itu, para pengikut berharap akan mendapatkan uang berlipat ganda dari hasil penarikan benda-benda gaib.

"Jadi tidak ada istilah penggandaan uang, yang ada penarikan benda-benda gaib. Benda-benda gaib itu akan dijualkan kepada kolektor dan uangnya akan diserahkan kepada para santri. Hasil penjualan ini yang dijanjikan berlipat-lipat dari uang mahar," terang Neng.

Sebagai koordinator besar, Ismail pernah menerima beberapa benda pusaka dari Dimas Kanjeng. Baik berupa keris, cincin, dan benda pusaka lainnya. "Jangan sekarang, karena saya harus bongkar-bongkar dulu. Sewaktu-waktu pasti saya tunjukkan," kata perempuan yang akrab disapa Neng ini saat ditemui di rukonya, di Desa Wringinanom, Kecamatan Panarukan, Situbondo, Jawa Timur, Jumat 30 Septermber 2016.

Selain benda-benda pusaka, Ismail juga pernah beberapa kali menerima uang dari Dimas Kanjeng mulai dari Rp 300 ribu, Rp 500 ribu, bahkan Rp 1 juta dan Rp 2 juta. Tapi uangnya tidak pernah sampai ke tangan istrinya, karena selalu dibagikan kepada pengikut Dimas Kanjeng yang tinggal di padepokan.

Menurut dia, Ismail dibunuh karena berencana melaporkan dugaan kasus penipuan yang dilakukan Dimas Kanjeng ke Mabes Polri. Semua kebutuhan sudah dipersiapkan. Rencananya, laporan akan disampaikan ke Mabes Polri pada 9 Februari 2015. "Yang jelas, Ismail mengetahui banyak bukti penipuan. 2 Tahun sebelum hilang, Ismail sudah menyelidiki seluk beluk padepokan," ungkap Neng.

Bibi Resemjan menyarankan agar para pengikut tersebut menjalani penyembuhan dengan ruqyah. "Percuma saja MUI kasih dalil-dalil. Satu-satunya cara agar mereka sadar, ya harus diruqyah. Karena yang terjadi bukan karena kuatnya doktrin, tapi jampi-jampi. Suami saya tidak patuh pada Dimas Kanjeng, karena jampi-jampinya tidak bisa masuk," ujar Neng.

3. Erwin Hariyati

Istri kedua Abdul Ghani, Erwin Hariyati (23) mengaku mengetahui konflik suaminya dengan Dimas Kanjeng. Abdul Ghani berniat keluar dari Padepokan, karena sudah tidak ingin 'berbisnis' dengan pimpinan padepokan tersebut.

"Suami saya sudah sadar. Dia tak ingin ada korban lagi. Banyak penipuan-penipuan yang dilakukan di padepokan itu. Makanya dia ingin lepas. Tapi karena suami saya itu yang tahu borok Kanjeng makanya dibunuh. Kanjeng tak mau bisnisnya hancur gara-gara suami saya," ungkap Erwin kepada detikcom di rumah, Desa Benculuk, Kecamatan Cluring Banyuwangi, Kamis 29 September 2016.

Berbekal kesadaran tersebut, kata Erwin, Abdul Ghani melaporkan kasus dugaan penipuan tersebut ke Mabes Polri. Sebab menurut cerita Abdul Ghani, kasus pembunuhan yang dialami oleh Ismail hingga saat ini belum terungkap karena diduga ada campur tangan Kanjeng menutup kasus tersebut.

"Suami saya sudah sering bolak-balik ke Jakarta (Mabes Polri) melaporkan Kanjeng. Ancaman dibunuh itu sudah sering diterima. Makanya kita pindah ke Banyuwangi. Tapi suami saya sering bolak-balik ke Probolinggo," tambahnya.

Abdul Ghani merupakan teman dekat dari Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Bahkan Abdul Gani juga salah satu pendiri dari padepokan tersebut pada tahun 2007 lalu. "Dalam padepokan itu, suami saya sebagai ketua Kesultanan. Dengan Kanjeng sudah seperti saudara," tambahnya.

Erwin mengaku sejak kenal dengan Abdul Ghani, dirinya sering diajak ke Padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Namun akhir tahun 2015 lalu sudah sangat jarang mengunjungi padepokan tersebut. Setelah itulah, teror pembunuhan sering diterima oleh Abdul Ghani.

Menurut polisi, Abdul Ghani merupakan salah satu saksi kunci kasus penipuan Dimas Kanjeng. "Suami saya sebelum meninggal pamit ke saya mau ke rumah Kanjeng. Ternyata itu hari terakhir saya bertemu dengan suami saya," ujar Erwin.

Saat itu, Abdul Ghani mengaku akan mengambil uang yang dijanjikan sebesar Rp 20 miliar.

Sumber: Detik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar