Khabaruna - Sejak dibangunnya jembatan yang menghubungkan Surabaya dan Madura (Suramadu), banyak kekhawatiran yang muncul dari kalangan tokoh Madura terutama para kiai akan munculnya beberapa dampak negatif terutama ketika akan banyak investor asing yang akan mendirikan perusahaan di Madura.
Untuk membicarakan nasib masyarakat Madura ke depan, terutama setelah melihat banyaknya belakangan ini para investor asing yang sudah membeli tanah di beberapa daerah wisata dekat Lombang dan Salopeng, maka para ulama Madura mengadakan rapat bersama demi mencari cara antisipasi terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.
Rapat ini diadakan di masjid Raudhatul Amin yang terletak di desa Tanah Merah Saronggi kecamatan Saronggi kabupaten Sumenep. Dalam rapat ini dihadiri oleh para ulama yang terhimpun dalam beberapa organisasi, seperti Aliansi Ulama Madura (AUMA), Majelis Silatirrahim Alumni Pondok Pesantren (MASSAPONTREN), Badan Silaturrahim Ulama Madura (BASRA), Forum Kiai Madura (FKM), serta dihadiri juga bupati Sumenep Abuya Busyro Karim, perwakilan dari DPRD Sumenep, Kapolsek, dan ketua Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama Sumenep.
Rencana awal rapat ini diagendakan dimulai jam 8.00 WIB, akan tetapi daerah Saronggi dan sekitarnya diguyur hujan yang cukup deras sehingga acara pun sedikit tertunda hingga jam 9.00 WIB. Para tamu disambut dengan alunan musik hadrah yang didatangkan dari desa Batang-batang Sumenep hingga jam 9.30 WIB, baru kemudian acara dilanjutkan dengan pembacaan shalawat Nariyah, tahlil bersama, dan diskusi yang berlangsung hingga jam 12.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar