Khabaruna - Sepak terjang pemilik nama lengkap Wilfried Hofmann di dunia diplomasi luar negeri sangat moncer di atas kertas. Diplomat Jerman ini pernah menjadi asisten peneliti untuk reformasi prosedur sipil federal dan bertugas sebagai direktur Informasi untuk NATO di Brussels dari 1983-1987.
Namun, tugas diplomasi yang mengantarkan perjalanannya menuju Islam adalah ketika pria 85 tahun ini menjabat sebagai atase Kedutaan Besar Jerman di Aljazair pada 1961.
Keberadaannya di negara yang pada masa itu tengah dirundung perang gerilya antara tentara Prancis dan Pasukan Nasional Aljazair yang tengah memperjuangkan kemerdekaan, benar-benar membuka matanya tentang Islam dan bagaimana Muslim Aljazair mempraktikkan serta memegang teguh prinsip mereka.
Hofmann yang dikenal sosialis menyaksikan kekejaman dan pembantaian yang dialami penduduk Aljazair setiap hari. Tak kurang dari 12 orang meregang nyawa dalam sehari. Siapa pun yang menyuarakan kemerdekaan, akan dibantai.
"Saya menyaksikan kesabaran dan ketahanan warga Aljazair menghadapi penderitaan ekstrem," tuturnya.
Keteguhan dan kesabaran Muslim Aljazair membuat Hofmann begitu kagum. Disiplin luar biasa selama Ramadhan, kepercayaan akan kemenangan, serta kemanusiaan mereka di tengah-tengah deraan cobaan membuatnya terpana.
Pemandangan inspiratif itu membuat penyabet gelar LL M dari Harvard Law School pada 1960 ini bertanya, apakah yang menguatkan kegigihan warga Aljazair. Di tengah perenungannya, ia menyadari bahwa agamalah yang membuat penduduk Aljazair bersifat demikian.
Peraih gelar doktoral di bidang hukum Munich University pada 1957 ini memutuskan untuk mendalami Alquran. Sejak saat itu dan bahkan hingga hari ini ia tetap konsisten membaca kitab suci umat Islam itu.
Akhirnya, pada 25 September 1980, bertepatan dengan ulang tahun ke-18 putranya, ia resmi berikrar syadahat.
Ia mempelajari ajaran Islam satu per satu, tanpa paksaan dari siapa pun. Sehingga, dalam perasaan dan pemikirannya telah tumbuh menjadi seorang Muslim. "Sampai hari ini, saya seorang Muslim," katanya.
Pada 1995 ia mengundurkan diri secara sukarela dari Dinas Luar Negeri Jerman untuk mendedikasikan dirinya kepada Islam. Baginya, agama yang ia peluk hampir 36 tahun tersebut adalah seni untuk menjalani kehidupan.
Sumber: Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar