Sabtu, 09 Januari 2016

Khadafi Sudah Ramalkan Kemunculan ISIS Sebelum Kematiannya



Khabaruna - Pemimpin Libya Moammar Khadafi berpidato berapi-api di pertemuan Liga Arab pada 2011 yang diselenggarakan di Suriah. Saat itu ia mengkritik banyak pemimpin Arab karena tidak peduli dengan kematian Saddam Hussein.


Tidak hanya itu, sejumlah prediksi ia lontarkan. Pidatonya dan 'ramalan' itu ia serukan pada Maret 2011, 6 bulan sebelum kematiannya. Diantaranya adalah kemunculan ISIS.


"Akan ada kelompok militan. Mereka doyan seks dan obat-obatan yang akan mengubah Libya menjadi Afganistan yang lain, menjadi Somalia lain, menjadi Irak lain," kata Khadafi pada Februari 2011, seperti dilansir dari "counterpunch".

"Wanita-wanita kalian, di bawah kelompok itu, tidak akan boleh keluar rumah. Dan Amerika Serikat, mereka akan mengebom banyak negara demi--apa yang mereka sebut--melawan teroris." Khadafi meramalkan.

Dan benar. Beberapa hari setelah kematiannya, sebuah kelompok muncul ke permukaan dan menamakan dirinya ISIS menculik, menyandera 21 warga Mesir.


Ramalan akan ISIS rupanya telah dibicarakan Khadafi pada Perdana Menteri Tony Blair pada 25 Februari 2011. Blair adalah orang pertama yang menghubunginya untuk menghentikan serangan militer kepada pengunjuk rasa. Namun, Khadafi menuduh Al Qaedalah yang memulai kekerasan.

"Ini bukan perang melawan pengunjuk rasa. Ini melawan Al Qaeda, mereka menyerang kami," begitu transkrip pembicaraan kedua pemimpin negara yang dimuat dalam "The Independent".

Khadafi juga meminta Inggris sebagai sekutunya untuk menghentikan niat mengokupasi Libya bersama sekutu lainnya.

"Orang-orang ini dari Guantanamo. Kami tahu itu semua, mereka mendukung Al Qaeda. Anda mendukung Al Qaeda? Mereka ini bakal membuat kelompok baru yang jauh lebih maniak. Anda mendukung teroris?" tanya Khadafi kepada Blair.

Dalam transkrip itu, Blair mengatakan tidak.

Blair juga menekan Khadafi untuk segara undur diri dan mencari tempat perlindungan selama Arab Spring.

Enam bulan kemudian, Khadafi tewas.

Sumber: Counterpunch, TheIndepedent, Liputan6


Tidak ada komentar:

Posting Komentar