Jumat, 06 November 2015

Ini Nakhoda Wanita Muslim Pertama Angkatan Laut Australia



Khabaruna, Sydney - Siapa bilang perbedaan harus menjadi penghalang untuk maju? Siapa bilang pendatang tidak bisa naik ke puncak pimpinan?


Kisah Kapten Mona Shindy, nakhoda kapal perang HMAS Canberra, mendobrak semua pandangan itu, terkecuali mungkin untuk urusan tempat tidur. Ruangan loker di dalam kapal perang itu harus dirombak menjadi tempat tidur bagi seorang wanita.

Sebelum ini, belum pernah ada kapal perang aktif Australia yang membawa awak wanita, tapi nyatanya hal itu tidak menghalangi karir militer seorang ibu. Ataupun seorang muslim.

Sewaktu kuliah, wanita ini memilih untuk mempelajari teknik, namun bukan teknik mesin melainkan teknik senjata.

“Ini bukan hal baru. Semua tahu setiap gerakan, kegiatan dan keberadaan kami. Secara umum, pengalamannya baik, namun ada juga saat-saat yang menantang,“ ungkap sang kapten dikutip Daily Telegraph, (4/11/2015).

“Bagi kebanyakan insinyur wanita di lingkungan kerja manapun, awalnya kita harus bekerja lebih keras, memperlihatkan kemampuan agar diterima sebagai anggota yang berharga dan kontributor kepada tim.”

Pada bulan Ramadan. Sebagai letnan muda, tidak mudah menjelaskan bahwa dirinya sedang menjalankan ibadah puasa dan meminta untuk disisihkan sebagian makanan untuk berbuka.

Tanggapan yang diterimanya, “Makanlah seperti yang lainnya, atau tidak sama sekali. “Karena jawaban itu ia “berbuka di tengah Samudera dengan beberapa kaleng tuna.”


Wanita ini sekarang menjabat sebagai Penasehat Strategis Urusan Islam di bawah Pimpinan Angkatan Laut. Dalam peran itu, ia mendapat lencana Conspicuous Service Cross atas perannya sebagai jembatan budaya.

Tujuannya kini mengajak lebih banyak kaum muslim untuk bergabung dengan pasukan pertahanan. Ada sekitar 100 orang tentara muslim di antara 45.000 orang tentara. Sebanyak 27 orang di antara mereka bertugas di Angkatan Laut.

“Banyak muslim Australia yang teraniaya oleh kampanye militer kami sebelumnya, mengakibatkan ketidaknyamanan dan kesulitan. Kampanye militer itu telah memberikan dampak kepada banyak orang yang tak bersalah.”

Ia mengatakan serangan-serangan teroris telah membajak aspek ajaran agama untuk membenarkan tindakan-tindakan telah menciptakan “ketakutan dan ketidakpastian terhadap non-muslim.”

“Bagi sejumlah orang, hal itu dilihat sebagai keseluruhan masyarakat muslim. Sejumlah kalangan muda muslim melihat ini secara hitam dan putih, “kami dan kalian,” kata sang kapten.

Sumber: Liputan6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar