Khabaruna - Saat ini salah satu menu yang dianggap cukup mewah dan mahal untuk disajikan pada restoran-restoran mewah adalah lobster. Bentuknya yang besar dan eksotis membuat makanan ini menjadi sajian utama pada berbagai restoran mewah. Tetapi tahukah Anda bahwa pada awalnya ternyata lobster merupakan makanan bagi orang miskin?
Dilansir dari Knowledge Nuts, pada abad 17 dan 18 di Amerika Serikat, lobster sangat mudah dijumpai di berbagai pantai di sana. Saat itu bahkan seseorang cukup memancing selama satu jam dan akan mendapat satu ember penuh lobster. Karena jumlah yang terlalu melimpah dan seringnya terjadi gejala keracunan karenanya, maka saat itu orang menganggap lobster bukanlah makanan yang berharga.
Pada masa itu lobster digunakan sebagai pakan untuk ternak dan hewan peliharaan. Bagi masyarakat Indian, lobster dimanfaatkan sebagai pupuk dan umpan untuk memancing ikan. Ketika itu, makanan ini juga hanya diberikan pada budak dan narapidana saja. Penggunaan seperti ini yang membuat makanan ini dianggap sebagai hal yang tidak berharga. Selain itu, ketika itu juga orang belum menemukan cara memasak yang enak untuk lobster.
Pada awal 1800-an terjadi perubahan pada nasib lobster. Mulai ditemukan cara memasak yang tepat dan hidangan ini mulai disajikan pertama kali di kereta api. Ketika itu lobster masih belum ditunjukkan secara utuh seperti saat ini. Setelah sudah diakui kelezatannya oleh banyak orang maka barulah hidangan lobster ini berkembang dan tidak disembunyikan lagi bentuknya.
Pada sekitar tahun 1920-an setelah perang dunia I, lobster mulai dianggap sebagai hidangan kelas atas bagi aristokrat. Pada era depresi besar tahun 1950-an, lobster kembali menjadi makanan untuk banyak orang karena kesulitan ekonomi membuat banyak orang mencari bahan makanan gratis. Namun setelah era itu selesai, lobster kembali berjaya dan menjadi makanan mahal hingga saat ini.
Sumber: Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar