Khabaruna, Jakarta - Bank Indonesia menyebutkan, penguatan nilai tukar mata uang Rupiah menjadi yang paing tinggi dibandingkan dengan mata uang negara-negara lain di Asia.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, penguatan nilai tukar Rupiah sampai pada hari ini mencapai 4,4 persen, sedangkan Malaysia 3,4 persen, Korea Selatan 1,2 persen, Taiwan 1,2 persen, dan Thailand 0,4 persen.
"Kelihatan bahwa Rupiah penguatan yang sampai 4,4 persen dibandingkan kurs Korea atau Thailand," kata Mirza di Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (9/10/2015).
Dia mengatakan, penguatan nilai tukar Rupiah bukan hanya disokong oleh faktor eksternal melainkan ada dari faktor fundamental perekonomian Indonesia sendiri.
"Memang ada sedikit pengaruh dari berita the Fed risalah meeting bulan September itu dovish itu artinya bawah data-data ekonomi AS lemah sehingga kenaikan Fed Fund Red diperkirakan tidak terjadi tahun ini tapi pada tahun depan," tambahnya.
"Tapi kalau kita lihat penguatan Rupiah hari ini sampai 4,4 persen dan currency lain menguatnya 1,2 persen, maka pasti ada faktor domestik" sambungnya.
Selain itu, kata Mirza, penguatan Rupiah juga menandakan bahwa financial market investor sudah semakin yakin kepada pemerintah yang melakukan reformasi struktural dengan serius.
"Investor asing mengatakan pemerintah ga pernah serius melakukan reform struktural. Tapi adanya paket kebijakan itu deregulasi untuk mendorong investor masuk. Pemerintah meng-address dilakukannya debirokratisasi dan deregulasi dalam rangka mendorong investasi, devisa masuk," tutupnya.
Sumber: Okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar