Khabaruna, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menguat drastis menumbuhkan optimisme kondisi perekonomian Indonesia bisa segera bangkit. Selain faktor eksternal, penguatan ekonomi juga diyakini mencerminkan perbaikan ekonomi di dalam negeri.
Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto mengatakan, banyak faktor yang bisa melahirkan optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi semester II 2015 ini akan lebih baik dibanding semester I 2015. ''Salah satunya tren kenaikan harga komoditas,'' ujarnya kemarin (10/10).
Menurut Ryan, tren naiknya harga komoditas pertambangan maupun perkebunan merupakan refleksi kenaikan di pasar global.
Meskipun, lanjut dia, harus diwaspadai juga jika kenaikan harga komoditas yang beriringan dengan penguatan rupiah sepanjang Oktober ini bersifat temporer atau berkelanjutan. ''Ini yang menarik untuk ditunggu,'' katanya.
Dari sektor pertambangan, melonjaknya harga minyak mentah hingga menyentuh level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir, ikut mengerek naiknya harga energi seperti batubara dan gas.
Sejak 1 hingga 9 Oktober ini, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi acuan harga minyak dunia memang sudah merangkak naik dari level USD 44,74 per barel ke USD 49,63 per barel, bahkan sempat menembus level psikologis USD 50 per barel.
Perbaikan harga batubara dan migas bisa menjadi faktor penting menggeliatnya lagi sektor pertambangan, yang merupakan salah satu sektor penggerak ekonomi di Indonesia. Ryan menyebut, meski harga mulai bergerak naik, namun pemerintah dan pelaku usaha sektor pertambangan harus terus mencermati perkembangan ekonomi Tiongkok.
''Sebab, Tiongkok adalah salah satu konsumen komoditas pertambangan terbesar dunia,'' ucapnya.
Sumber: Jpnn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar