Jakarta - Sakit kepala berat tanpa sebab yang jelas, bisa terjadi akibat perdarahan di otak pada pasien stroke. Lalu bagaimana membedakan sakit kepala biasa dengan sakit kepala yang merupakan gejala stroke?
"Sakit kepala memang ada banyak dan tidak bisa diremehkan. Kalau sakit kepala yang dirasakan menetap di situ-situ saja, tambah berat, dan tidak mempan dengan obat yang biasa dikonsumsi, bisa jadi itu stroke karena perdarahan di selaput otak," kata dr Priscilla Ryanti Andradi, SpS usai seminar bertajuk 'Solusi Tepat Atasi 2 Penyakit Paling Mematikan se-Indonesia,' yang digelar Multicare di Putri Duyung Convention Hall, Jl Lodan Timur No 7, Ancol, Jakarta, dan ditulis pada Senin (7/9/2015).
Sakit kepala yang sangat ekstrem, sambung dr Priscilla, harus benar-benar diperhatikan. Saat serangan sakit kepala muncul, biasanya juga bisa disertai dengan muntah, kejang dan kesadaran hilang.
Menurut dr Priscilla, sakit kepala ada banyak macamnya. Ada orang yang sering mengeluhkan sakit kepala di area mata hingga belakang kepala. Juga sakit kepala mulai dari area punggung bagian belakang hingga leher. Itu biasanya dikeluhkan oleh mereka yang terlalu lama duduk menghadapi komputer.
Ada pula orang yang merasakan migrain berdenyut. Jika sering dirasakan keungkinan ada masalah dengan pembuluh darah di otak. Jika pembuluh darah mengalami kelainan di mana terjadi pelebaran abnormal pembuluh nadi karena dinding pembuluh darah yang lemah, maka itu disebut aneurisma.
Nyeri kepala hebat yang muncul secara mendadak sehingga menyebabkan yang bersangkutan kejang hingga terjadi penurunan kesadaran merupakan gejala pecahnya aneurisma. Gejala lain yang mungkin menyertai adalah mual dan muntah, leher kaku, penglihatan kabur, serta kelopak mata tidak bisa dibuka. Mungkin pula terjadi kelumpuhan sebelah anggota gerak yang menyerupai gejala stroke.
"Ada juga nyeri, di mana saat disentuh saja terasa nyeri, bisa jadi itu neuralgia," imbuh dr Priscilla.
Untuk memastikan pasien benar-benar terkena stroke atau tidak bisa dilakukan electrocardiogram (EKG). Dilakukan juga foto toraks, pemeriksaan laboratorium, serta CT-scan kepala dan magnetic resonance imaging (MRI) kepala untuk melihat apakah stroke yang terjadi termasuk jenis perdarahan atau sumbatan.
Sumber: Detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar