REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di manakah Thuwa
atau tempat lokasi yang diberkahi tersebut? Apakah tempat itu yang
disebut dengan bukit Thursina? Ataukah Gurun Sinai Mesir?
Banyak perdebatan di kalangan ulama mengenai lokasi lembah Thuwa ini. Benarkah tempat Musa bercakap-cakap dengan tuhan-Nya itu di Gunung Musa, yaitu daerah Sinai (Mesir)? Apakah ia ada di Palestina, atau mungkin di tempat lainnya? Apakah tempat itu yang disebut dengan Thursina?
Banyak perdebatan di kalangan ulama mengenai lokasi lembah Thuwa ini. Benarkah tempat Musa bercakap-cakap dengan tuhan-Nya itu di Gunung Musa, yaitu daerah Sinai (Mesir)? Apakah ia ada di Palestina, atau mungkin di tempat lainnya? Apakah tempat itu yang disebut dengan Thursina?
Mengenai bukit Thursina sebagaimana terdapat surah At-Tin [95]:2, sudah
pernah kami bahas di rubrik Situs ini pada edisi 3 Mei 2009. Dalam
pembahasan tersebut, ada tiga versi yang dikemukakan ulama mengenai
keberadaan bukit Thursina, yakni wilayah Mesir, tepatnya di Gunung Musa,
atau disebut juga dengan Sinai.
Versi kedua, Thursina terletak
di barat daya Syam, yakni di gunung Az-Zaitun, sekitar bukit Baitul
Maqdis, Palestina. Pendapat ini dikemukakan oleh Muhammad bin Abdul
Mun’im al-Himyari dalam Al-Raudh al-Mi’thar fi Khabari al-Aqthar, Syauqi
Abu Khalil dalam Athlas Hadits, dan Sami bin Abdullah Al-Maghluts dalam
Athlas Tarikh Al-Anbiya wa ar-Rusul, serta Ar-Razi dalam tafsirnya.
Pendapat ini lebih banyak disepakati ulama.
Sedangkan versi
ketiga terletak di sebelah selatan Nablus (Thur), Palestina. Versi
ketiga ini merupakan versi Yahudi yang mengaitkannya dengan penyebaran
Yahudi dari sekte Samiri.
Samakah tempat Musa bertemu dan
bercakap-cakap dengan Tuhan-nya itu jika dibandingkan saat menerima 10
perintah Allah? Ada perbedaan pendapat mengenai hal ini. Di antaranya,
ada yang menyebutkan keduanya sama, dan ada pula yang menyatakan
berbeda.
Berdasarkan keterangan berbagai riwayat dan pendapat
sejumlah ahli tafsir, kedua tempat itu, yakni antara Thuwa (tempat
pengukuhan kerasulan Musa) dan saat Musa menerima 10 perintah Allah (10
Commandments of Moses) untuk kaumnya Bani Israil, adalah tempat yang
sama.
Pendapat ini diungkapkan oleh Ibnu Katsir dalam
tafsirnya, Sayyid Quthub (Fi Zhilal al-Qur’an), Sayyid Abu Bakar Jabir
al-Jazairi (Tafsir al-Aisir), serta Syauqi Abu Khalil (Athlas
Al-Qur’an), dalam menafsirkan surah Al-Qashash [28] ayat 29 dan Thaha
[20]: 12.
Lembah Thuwa itu adalah tempat Musa mencari sumber
cahaya dan Allah bercakap-cakap dengannya, setelah menyelesaikan
tugasnya sewaktu di Madyan (Yordania) dan kembali ke Mesir.
Tentu saja, hal ini akan menjadi pertentangan dengan pendapat lain yang
menyatakan lokasi lembah Thuwa saat Musa dikukuhkan sebagai Rasul Allah,
dan bukit Thursina, saat Musa menerima 10 perintah Allah.
Apakah makna ‘Thur’ (bukit) yang dimaksud dalam ayat 46 surah Al-Qashash
[28], Al-A’raf [7]: 148, Maryam [19]: 52? Apakah ia hanya bermakna
sebagai bukit? Lalu, bagaimana dengan surah at-Tin [95]: 2 tentang
sumpah Allah SWT atas bukit Thursina? Lalu, apakah makna lembah atau
tempat yang suci dalam surah Al-Qashash [28] ayat 29 dan Thaha [20]: 12?
Menurut Sami Al-Maghluts, lembah suci Thuwa itu adalah bukit Az-Zaitun
di Baitul Maqdis. Sebab, di sinilah salah satu tempat yang diberkahi dan
disucikan oleh Allah. Ia menegaskan, lembah suci bukan di Sinai, Mesir.
Mengapa? Sami al-Maghluts menjawabnya dengan penafsiran atas makna
surah At-Tin [92] ayat 1-3, Wattiini waz zaituun, wa thuuri siniin, wa
haadzal baladil amin (Demi buah tin dan buah zaitun, dan demi lembah
yang suci, dan demi negeri yang diberkahi). Berdasarkan ayat ini, kata
Al-Maghluts, sesungguhnya tempat itu adalah Baitul Maqdis, Palestina.
Sebab, hanya di Palestina terdapat buah tin dan zaitun, sedangkan di
Sinai, Mesir, tidak ada. Dan, lembah yang suci juga terdapat di
Palestina, bukan bukit Sinai. Kalau bukit Sinai, pasti banyak orang yang
akan tinggal di tempat tersebut dan tidak akan mau pindah, karena
berkah. Namun, faktanya, malah di Sinai, khususnya yang disebut dengan
gunung Musa (tempat ia menerima 10 perintah Allah), sekarang ini
terdapat patung anak lembu yang dipahat di gunung tersebut? kata
Al-Maghluts.
Selanjutnya, negeri yang aman adalah Makkah dan
Palestina. Namun, lanjutnya, merujuk pada surah at-Tin, penjelasan itu
hanya dikhususkan untuk Palestina.
Selain penjelasan di atas,
ada pula penafsiran lainnya tentang maksud surah at-Tin ayat 1-3 itu.
Pendapat ini menjelaskan bahwa makna ayat itu sebagai sumpah Allah atas
tiga agama samawi yang dibawa oleh para nabi-Nya, yakni Nasrani (Isa),
Yahudi (Musa), dan Islam (Muhammad). Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar