Minggu, 09 Agustus 2015

Apakah Pamflet Cabup dan Cawabup ini Punya Makna Tersembunyi?



Opini – by Sidiq Mustakim

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya hari Jum'at 7/8/2015, penulis berkesempatan untuk berjalan-jalan mengamati keadaan yang terjadi sepanjang jalan Prenduan-Sumenep. Sepanjang perjalanan ternyata ada hal yang sedikit menyita pandangan penulis, yaitu ada banyak sekali pamflet bergambar pasangan Cabup dan Cawabup Sumenep.

Di antara pamflet yang cukup banyak berjejer di sepanjang jalan adalah gambar pasangan Abuya Busyro Karim dan Ahmad Fauzi. Terutama ketika penulis melewati daerah Saronggi hingga daerah kota, gambar kedua pasangan tersebut hampir bisa dikatakan cukup ramai memenuhi pinggir jalan. Ada yang ditempel ke pohon, ada yang dipasang ke bambu lalu disandarkan pada pohon, dan bahkan tidak ragu-ragu menaruh gambar-gambar tersebut di lampu persimpangan atau traffic light.

Tidak hanya keramaian pemasangan pamflet yang cukup menyita perhatian, namun juga ada hal yang cukup membuat hati penulis bertanya: Apa maksud yang ada di gambar-gambar tersebut?



Coba perhatikan gambar pamfler pasangan Cabup Cawabup tersebut. Nampak gambar tersebut didominasi warna hijau dan merah, yang mungkin bisa ditebak secara instan, bahwasanya itu adalah gambar lambang partai-partai pengusung kedua pasangan tersebut.

Hal ini bisa kita maknai bahwasanya Abuya Busyro Karim diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang memang warna partainya menggunakan warna dominan hijau, sekaligus juga warna hijau identik dengan warna Islam. Sedangkan pasangannya Ahmad Fauzi diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang juga dikenal dengan dominasi warna merah sebagai lambangnya, sekaligus juga menjadi simbol nasionalisme bung Karno.

Sampai hal tersebut nampaknya tidak ada yang bermasalah, karena hal itu memang sudah menjadi biasa dan tidak perlu diperdebatkan. Namun setelah melihat tulisan yang diwarnai dengan warna berbeda, yang satu berwarna hijau dan yang lain berwarna merah, dan kebetulan yang berwarna hijau berbunyi begini: “BANGUN DESA”, dan yang berwarna merah berbunyi: “NATA KOTA”. Apakah tidak mungkin hal tersebut tersirat makna tersendiri terkait dengan personal ataupun partai pengusungnya?


Pikiran penulis berputar mencoba menerka-nerka: “apa mungkin maksudnya untuk urusan desa-desa serahkan saja kepada partai hijau? Atau kepada sang cabup?, kemudian untuk urusan yang berkaitan dengan kota akan ditangani partai merah? Atau kepada si cawabup?”. Atau ada makna lain yang sebenarnya tidak boleh diungkap berkaitan dengan pemilihan kata dengan warna tertentu? Wallahu a'lam bisshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar